Cara BAB di Gunung

Bagi pendaki pemula, salah satu masalah terbesar saat mendaki adalah, bagaimana cara BAB di gunung? Dan di mana lokasi yang tepat? Benar begitu? Apalagi di atas gunung, kamar mandi hanya tersedia di basecamp dan kamu tidak bisa mengandalkan itu. Bagaimana jika kamu merasa mulas dan ingin pup setelah sampai di pos 5? Apa kamu akan kembali lagi ke basecamp? Tentu tidak bukan?

Namun, bagaimana jika merasa mulas dan ingin mengeluarkan muatan di perut saat di gunung? Apa harus ditahan atau ditampung dengan wadah plastik baru dibawa turun?

Kalau kamu mulas, kamu bisa BAB di gunung tanpa perlu menampungnya, menahan atau turun ke basecamp. Kalau ada kamar mandi darurat seperti di Gunung Merbabu, kamu bisa memanfaatkannya. Jika tidak, kamu perlu mencari tempat yang aman dan tersembunyi. Kemudian, kamu bisa pup di area gunung. Tapi, dengan tata cara pup yang benar.

Nah, untuk tahu cara lengkapnya, baca informasi menarik ini. Dijamin, wawasan kamu akan bertambah dan kamu tak perlu khawatir lagi kalau mau pup di gunung.

Perlengkapan apa saja yang dibutuhkan saat ingin BAB di gunung

Pada dasarnya, cara BAB untuk pria dan wanita sama saja. Namun biasanya, wanita memilih tempat yang lebih rimbun agar privasi tetap terjaga.

Tips tambahan kalau kamu sudah kebelet adalah jangan panik. Semakin kamu panik, rasa mulas dan ingin segera BAB akan semakin terasa.

Tenangkan dulu pikiran kamu sambil mempersiapkan dan mencari tempat untuk BAB.

Akan lebih baik, saat kamu sampai di tempat camp, kamu survey dulu tempat untuk BAB. Jadi, saat kamu sudah kebelet, kamu bisa langsung membawa perlengkapan dan pergi ke tempat BAB yang sudah kamu cari sebelumnya.

Lantas, apa saja perlengkapannya dan apa hanya perlu membawa tisu kering saja? Tidak dong. Kamu juga perlu membawa perlengkapan berikut ini:

  • Golok atau sekop khusus yang bisa dibawa di gunung atau apapun yang bisa digunakan untuk menggali. Hindari untuk menggunakan pisau karena bisa merusak mata pisau!
  • Tisu kering. Hindari untuk menggunakan tisu basah karena tisu jenis ini susah terurai!
  • Bara air, jika persediaan air kamu mencukupi.
  • Senter atau head lamp untuk BAB saat malam hari.
  • Peluit dan peralatan self defense terutama saat BAB di gunung dengan hewan liar yang kerap lalu lalang.
  • Matras untuk menutupi kamu kalau tidak menemukan semak-semak yang bisa menutupi kamu saat BAB. Bisa juga untuk perlindungan tambahan kalau kamu merasa semak-semak kurang menjaga privasi saat BAB.

Kamu tidak perlu membawa perlengkapan yang kurang dibutuhkan seperti keril. Kenapa? Karena keril akan menghambat kamu untuk BAB apalagi kalau kamu sudah tidak tahan dan ingin segera BAB.

Tips memilih tempat BAB di gunung

Untuk BAB di gunung, kamu tidak boleh sembarangan dalam memilih tempat. Tujuannya agar:

  • Tidak mengganggu pendaki yang lainnya.
  • Kamu sendiri tidak malu karena kepergok sedang BAB.
  • Tetap aman karena di beberapa gunung seperti Cikuray, babi hutan sering muncul.

Hal pertama yang perlu kamu perhatikan saat memilih tempat BAB adalah hindari BAB di jalur pendakian!

Kamu tidak mau bukan kalau pendaki lain mendapatkan ‘bonus’ yang kamu tinggalkan selama pendakian?

Untuk itu, kamu perlu mencari tempat BAB yang tepat seperti berikut:

  • Hindari jalur pendakian! Kamu bisa memilih tempat yang agak jauh dari jalur pendakian, tapi jangan terlalu jauh karena berbahaya.
  • Hindari jalur perlintasan hewan, di bawah pohon atau dahan yang sudah lapuk dan aliran air agar air tidak tercemar. Apalagi, air di gunung digunakan pendaki untuk diminum dan dimasak.
  • Cari semak-semak yang sekiranya bisa menutupi kamu ketika sedang pup.
  • Pilih tempat yang aman misalnya tidak di pinggir jurang.
  • Pilih tempat yang jauh dari tenda dan tempat umum seperti lokasi camp.
  • Pastikan tempat tersebut aman dari binatang buas seperti babi hutan atau macan!
  • Pastikan tempat untuk pup tidak sedang digunakan oleh orang lain.

Setelah menemukan tempat yang pas, yang cozy untuk BAB, singkirkan semak-semak yang mungkin akan menusuk dan membuat gatal. Misalnya, daun jancukan yang biasa ditemui di Gunung Argopuro. Dengan begitu, kamu akan tetap nyaman saat pup.

Sebaiknya ditemani atau sendirian?

Banyak yang tanya, kalau pup harus sendirian atau ditemani? Tergantung kamu sendiri bagaimana.

Kalau kamu tidak terlalu mengenal area gunung, karena sudah malam atau untuk jaga-jaga, sebaiknya kamu ditemani. Minta teman kamu untuk menunggu agak jauh dari tempat kamu pup.

Kamu tidak mau kan kalau teman kamu mencium atau mendengar suara pup kamu? Jangan ya, nanti kamu malu.

Adanya teman, juga bisa membantu kamu untuk mengawasi area sekitar. Apakah ada hewan liar atau pendaki lain yang bisa mengganggu dan membahayakan kamu?

Kalaupun ada pendaki yang juga ingin pup, kamu bisa meminta teman memberi tahu pendaki agar mencari tempat lain. Jadi, kamu bisa tenang, tidak was-was saat sedang BAB.

Bagi kamu yang menemani BAB, jangan mempermainkan teman kamu. Misalnya, berbohong dan berteriak kalau ada pendaki lain, babi hutan atau yang lainnya.

Sepele tapi ini cukup sering terjadi dan sebenarnya cukup berbahaya.  Bagaimana jika teman kamu jadi terburu-buru, menabrak atau jatuh, tidak lega dan menjadi sembelit?

Kamu tidak tahu apa yang ada dan akan terjadi di gunung. Karena itu, ketika kamu menemani teman kamu, jaga dengan baik-baik ya. Bisa sambil diajak berbicara apalagi saat teman kamu takut tapi jangan dijadikan bahan bercanda.

Bagaimana jika berani sendirian? Apa tidak masalah?

Kalau kamu merasa lokasi aman, sudah terbiasa dan kamu berani sendirian, maka kamu bisa pup sendirian. Namun tetap perlu waspada karena apapun bisa terjadi di gunung. Misalnya tiba-tiba hujan atau ada babi hutan.

Bagaimana jika ada pendaki lain saat sedang BAB sendirian? Kamu bisa memberikan tanda berupa suara, seperti, “Maaf ya Mas/Mbak, saya sedang pup di sini.”

Agak memalukan memang, tapi mau tidak mau hal tersebut harus kamu lakukan. Dengan begitu, pendaki lain tidak berjalan, melintas atau pup di dekat kamu.

Seberapa lebar dan dalam lubang yang dipakai buat BAB?

Saat kamu hendak BAB, usahakan untuk menggali lubang untuk BAB. Kenapa? Agar pup kamu bisa dikubur, tertutupi dan tidak menjadi ‘bonus’ bagi para pendaki lainnya.

Namun, seberapa besar lubang yang harus dibuat? Ukuran lebar lubang sekitar 15-20 cm dan kedalaman sekitar 30 cm. Pokoknya sampai lubang tersebut mampu menampung dan menutupi pup kamu dengan baik.

Untuk jaga-jaga saja, buat lubang yang agak besar dan dalam. Bisa saja kan kamu pup cukup banyak? Semakin dalam lubangnya, maka bau pup bisa diminimalisir, pup bisa ditampung dengan baik dan tidak mengenai pantat.

Cara membersihkan diri setelah BAB

Lubang sudah digali, tempat aman, matras sudah menutupi kamu, waktunya kamu melakukan hajat dan mengosongkan perut.

Kalau pup sudah selesai, bagaimana selanjutnya?

Selanjutnya kamu bisa cebok seperti biasa. Tidak ada yang berbeda. Kalaupun berbeda, itu karena keterbatasan jumlah air yang bisa digunakan.

Gunakan tisu kering yang sudah dibasahi dengan air. Lalu, bersihkan dubur. Pastikan sudah benar-benar bersih ya sebelum kamu mengenakan celana agar tidak menempel dan membuat dubur gatal.

Bagaimana jika tidak ada tisu karena tisu sudah habis atau lupa membawa? Kamu bisa menggunakan daun lebar. Pastikan jika daun tersebut aman untuk digunakan, tidak ada kotoran atau serangga.

Hindari untuk menggunakan tisu basah saat di gunung karena susah terurai. Banyak gunung, seperti Gunung Semeru, yang sudah melarang pendaki untuk membawa tisu basah.

Jika kamu nekat, maka kamu perlu memasukkan tisu basah ke trash bag dan membawa sampah tersebut ke bawah. Jangan menguburkan tisu basah ke lubang BAB ya!

Teknik menutup kotoran setelah BAB di gunung

BAB sudah selesai, perut sudah lega, badan sudah enteng, lalu, apakah ditinggal begitu saja? Tentu tidak. Kamu perlu menimbun lubang BAB tersebut.

Gunakan tanah yang kamu gali sebelumnya dan pastikan jika tinja kamu sudah terkubur dengan baik!

Jika masih terlihat, misalnya karena pup kamu terlalu banyak atau lubang terlalu kecil, tambahkan saja dedaunan atau ranting kering.

Setelah itu, kamu bisa memberikan tanda di lubang BAB kamu. Misalnya dengan ranting yang ditancapkan dan membentuk huruf X. Dengan begitu, orang lain akan tahu, kalau tempat tersebut sudah digunakan untuk BAB.

Kan malu juga, kalau saat pendaki lain menggali, tiba-tiba alatnya terkena pup kamu atau menginjak tinja, iya kan?

Tips pasca BAB di gunung

Gunung bukan milik pribadi. Semua orang berhak untuk mendaki gunung. Maka dari itu, akan lebih baik jika sebagai pendaki, kita perlu menjaga kenyamanan pendaki lain.

Salah satu caranya adalah dengan menjaga etika setelah BAB. Ada beberapa hal yang perlu kamu lakukan, diantaranya:

  • Pastikan kamu tidak meninggalkan pup kamu begitu saja. Apalagi jika pup di dekat jalur pendakian karena kebelet. Kubur pup kamu agar tidak terlihat dan tercium baunya.
  • Beri tanda pada lubang atau tempat kamu pup. Bisa menggunakan ranting ataupun dedaunan.
  • Buang sampah yang kamu bawa saat pup. Jika menggunakan tisu basah, maka bawa tisu tersebut dan masukkan ke trash bag.
  • Cuci tangan kamu hingga bersih.

Hal yang perlu dihindari saat BAB di gunung

Walaupun pada dasarnya BAB di gunung dan di rumah tidak ada bedanya, tapi ada etika yang perlu kamu perhatikan. Misalnya, kalau kamu ragu apakah ada penunggunya atau tidak, kamu bisa permisi terlebih dahulu.

Selain itu, ada beberapa hal yang harus dihindari, diantaranya:

  • BAB di jalur pendakian, lintas hewan, aliran air, dekat camp dan bawah pohon dan dahan lapuk.
  • Menggunakan tisu basah.
  • Menggunakan botol air dan ditinggal di gunung.
  • Tidak mengubur atau menutup pup.
  • Tidak membawa turun sampah yang digunakan, seperti tisu.
  • Tidak menandai tempat yang sudah digunakan untuk pup.

Kesimpulan

Jadi, kalau kamu mulas dan ingin BAB di gunung, jangan ditahan ya karena bisa menimbulkan penyakit. Untuk BAB, kamu bisa langsung membuang hajat di gunung dengan mencari tempat yang tepat, membuat galian tanah. Setelah itu, kamu bisa pup dengan nyaman. Jangan lupa untuk menutup galian pup, memberi tanda dan bawa kembali sampahnya. Dengan begitu, pendaki lain tetap nyaman dan gunung tetap lestari. See you in next topic!

Baca lebih lanjut: Tips agar Tidak BAB di Gunung »

Leave a Comment