Bolehkah Mendaki Gunung saat Haid?

Banyak pendaki wanita yang bingung ketika ingin mendaki gunung saat haid. Banyak mitos beredar bahwa mendaki saat haid pasti tidak sampai puncak. Ada juga yang bilang, apabila pendaki wanita haid naik gunung, dia akan dikuntit oleh makhluk halus penunggu gunung. Jadi, naik gunung saat haid itu, boleh atau nggak?

Saat ini, belum ada aturan resmi yang melarang pendaki wanita tidak boleh naik gunung saat haid. Akan tetapi, dalam praktiknya, banyak pendaki wanita yang sedang haid mengalami banyak masalah ketika perjalanan hiking. Misalnya, kejang perut, sakit di area pinggul, kram hingga anemia. Belum lagi, jika dia mengalami gangguan gaib. Jadi, biarpun secara aturan pendaki wanita boleh mendaki saat haid, kami menyarankan untuk menunda dulu sampai siklus menstruasi selesai. Jika kamu tetap memaksakan diri, tolong mendakinya sampai area camping ground saja. Tidak perlu sampai ke puncak. Karena terlalu berisiko.

Kami akan menjelaskan ulasan lengkapnya melalui pembahasan. Jadi, jangan berhenti sampai di sini. Baca sampai selesai agar tidak salah informasi. Yuk, lanjut baca.

Siklus haid wanita saat di gunung

Haid adalah kondisi di mana wanita mengeluarkan darah kotor dari dalam rahim. Darah kotor yang kami maksud adalah lapisan endometrium, ovum dan darah yang luruh ketika siklus menstruasi terjadi. Biasanya peluruhan darah kotor terjadi pada tanggal 1-7 di awal haid.

Pendaki wanita secara normal memiliki siklus menstruasi 28 hari. Di mana, siklus menstruasi di hitung sejak tanggal pertama darah haid keluar.

Untuk lebih jelasnya, silakan perhatikan gambar di bawah ini.

Kalender Siklus Haid Pada Pendaki Wanita

Pada hari 1-7, darah haid akan keluar deras dari organ kewanitaan. Ada pendaki wanita yang bisa tuntas dalam waktu 1-5 hari, ada juga yang sampai 7 hari. Jadi, kamu dapat memahami siklus menstruasi kamu masuk dalam golongan yang mana.

Catatan: Beberapa wanita, ada yang memiliki siklus menstruasi pendek, misalnya, siklus menstruasi di bawah 21 hari. Biasanya, wanita jenis ini mudah terserang anemia, darah rendah dan kejang perut.

Dengan kamu paham siklus menstruasi bulanan, kamu bisa memperkirakan dengan tepat kapan si darah haid ini keluar. Apakah nanti haid bertepatan dengan jadwal hiking? Atau haid belum tuntas saat mau naik gunung?

Haid tanpa keluhan vs haid penuh kesakitan

Saat terjadi haid, beberapa wanita mengeluh kesakitan. Ada yang mengalami kejang perut, sakit pinggul hingga kram. Tapi, ada juga wanita yang tidak merasakan keluhan apa pun. Jadi, ya lempeng-lempeng aja gitu. Keluar ya keluar.

Dengan adanya kondisi haid tanpa keluhan dan haid yang membawa rasa sakit, seyogyanya pendaki wanita bisa bersikap bijaksana.

  • Jika kamu mendaki hanya sebagai hobi, alangkah baiknya saat menjelang siklus menstruasi kamu nggak usah mendaki. Karena, jika kamu kejang perut, sakit pinggul, kram dan anemia di tengah perjalanan, kamu akan merepotkan banyak orang. Ujung-ujungnya kamu akan merasa bersalah terhadap semua orang. Percayalah, puncak tidak pergi kemana-mana, masih ada hari esok untuk mendaki.
  • Jika kamu mendaki sebagai profesi, misalnya, pemandu atau pembawa acara televisi, pastikan kamu mempersiapkan diri. Karena kalau mendaki sudah menjadi pekerjaan, hal itu tidak bisa ditunda. Dengan begitu, kamu tinggal mempersiapkan diri saja dengan baik. Misalnya, bawa celana dalam lebih dari 3. Bawa pembalut yang banyak. Dan bawa obat pereda nyeri haid.

Catatan: Kami menyarankan pendaki wanita, khususnya pendaki pemula, untuk tidak naik gunung saat haid. Karena kebanyakan fisik pendaki wanita akan drop saat haid. Jika kamu memaksakan diri, tolong beritahu rombongan pendakianmu bahwa kamu sedang haid. Jadi, jika kamu mendadak anemia atau kram, teman-temanmu akan sigap dalam mengambil tindakan. Ingat! Jujur lebih baik, daripada berbohong.

Sebaiknya lanjut mendaki atau cukup sampai di sini?

Pada chapter sebelumnya, kami menyarankan kepada pendaki wanita pemula untuk tidak mendaki gunung saat haid. Tapi, ada juga yang tidak menghiraukan hal tersebut. Akhirnya, dia nekad melanjutkan pendakian.

Pada banyak kasus, pendaki wanita yang benar-benar mengeluarkan darah haid saat pendakian, dia tiba-tiba drop. Tubuh mendadak lemas, pucat dan tidak mampu berjalan jauh. Intinya, pendaki wanita mendadak sakit. Banyak orang yang mengira, pendaki wanita tersebut terserang hipotermia. Padahal dia sedang darah rendah dan drop karena haid.

Ciri-ciri pendaki wanita yang haid di gunung:

  • Tidak kuat berjalan jauh.
  • Wajah pendaki wanita tiba-tiba pucat karena kekurangan darah (anemia).
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Mudah merasa lelah.
  • Mudah terserang kram.
  • Mengalami kejang perut.
  • Mendadak kedinginan.
  • Mudah marah dan tersinggung.
  • Muncul aroma amis.

Leader pendakian harus peka terhadap hal-hal seperti ini. Karena beberapa pendaki wanita merasa malu mengakui bahwa dirinya haid. Dia takut merepotkan teman-temannya. Pendekatan dari hati ke hati sangat membantu untuk kasus seperti ini. So, cobalah berbicara dengan ramah.

Tidak henti-hentinya kami memberikan himbauan. Kami himbau, pendaki wanita yang sedang haid jangan memaksakan diri sampai puncak jika kondisi fisik lemah. Cukup sampai area camping ground saja. Dan pastikan selalu menjaga kesehatan dan kebersihan diri saat haid di gunung.

Okay, lanjut ya. Dengan kamu tidak memaksakan diri, jika kamu mendadak drop, sakit atau mengalami gangguan gaib, kamu lebih mudah dievakuasi. Biarpun nantinya, kamu akan mendapatkan pertolongan dari tim SAR, tapi jangan sampai kamu dievakuasi saat di puncak. Itu berat jeng! Hehe.

Gangguan makhluk gaib ketika mendaki gunung saat haid: Mitos atau fakta?

Di Indonesia, gunung dipercaya menyimpan pusaran energi alam gaib yang kuat. Maka dari itu, banyak masyarakat percaya, area gunung banyak dihuni oleh makhluk gaib (MG). Ada makhluk gaib dari tataran rendah sampai tataran tinggi. Di mana, semakin tinggi tempat di gunung, kekuatan makhluk astral tersebut semakin besar.

Kami sebutkan saja, beberapa gunung di Indonesia yang menyimpan banyak misteri terkait fenomena alam gaib. Misalnya, gunung Slamet, gunung Arjuno, gunung Lawu, dan gunung Salak. Makhluk astral di gunung tersebut ada yang suka dengan darah dari wanita haid, dan ada yang benci dengan darah wanita haid. Karena itu, ada beberapa kasus, di mana pendaki wanita yang sedang haid dan sembarangan membuang pembalut akan diikuti atau diganggu makhluk halus tersebut.

  • Makhluk astral yang menyukai darah haid akan mengikuti pendaki wanita yang sedang haid. Karena dia tertarik dengan aroma amis yang keluar dari darah kotor si pendaki.
  • Makhluk astral yang tidak menyukai wanita haid, menganggap darah haid yang tercecer di gunung mengotori tempat tinggalnya. Terlebih pada pendaki wanita yang jorok. Misalnya, tidak membersihkan diri saat pembalutnya bocor, sehingga darah haid berceceran di tanah. Pendaki wanita membuang pembalut bekas haid sembarangan. Pendaki wanita sering mengumpat dan berkata kotor saat menstruasi. Kalau sudah begitu, makhluk astral ini biasanya menolak kedatangan si pendaki dan tidak mengijinkannya sampai ke puncak. Ada yang memberi peringatan melalui mimpi, penampakan hingga teguran/teror secara langsung.

Serem ya? Hehe.

Biarpun ada kejadian seperti itu, selama kamu bisa menjaga diri, kamu tidak perlu takut. Kamu hanya perlu berperilaku sopan, selalu jaga kebersihan diri dan tidak putus dalam berdoa. Insya allah, aman. Nggak digangguin. Jika kamu tidak sengaja melihat penampakan atau merasakan hal mistis saat haid di gunung, jangan langsung teriak-teriak ketakutan. Ucapkan salam, lanjut berdoa dan minta maaf jika ada berbuat salah.

Dan ini yang paling penting, setelah sampai rumah, jangan langsung tidur. Please, segera mandi dan bersih-bersih diri. Karena kamu tidak tahu, kamu membawa “sawan” saat turun dari gunung.

Kasus pendaki wanita naik gunung saat haid

Kalau kamu haid tapi tidak mengalami gejala dan tubuh fit, silakan mendaki. Selama bisa jaga diri dan jaga kebersihan, tidak masalah. Lain cerita dengan pendaki wanita yang menjadi lemah saat haid, mereka biasanya sakit, drop bahkan sampai di evakuasi oleh tim SAR.

Beberapa kasus pendaki wanita yang memaksakan diri naik gunung saat haid:

  • Pada bulan April-Mei, 2015, ada 25 pendaki wanita yang dievakuasi dari kawasan taman nasional gunung Gede Pangrango. Setelah ditelusuri lebih lanjut, 20 orang diantaranya sedang haid. Kondisi tubuhnya drop, lemah dan darah rendah. Akhirnya, mereka tidak minta tolong untuk dievakuasi dan tidak melanjutkan pendakian.
  • Kejadian berikutnya terjadi di bulan Mei, 2015 di gunung Merbabu. Di mana, ada lima orang pendaki dari Sleman, Yogyakarta yang naik ke Merbabu via Selo. 3 pendaki pria dan 2 pendaki wanita. Saat perjalanan mendaki gunung, kedua pendaki wanita ini tiba-tiba drop, sakit dan pucat. Dan akhirnya, pendakian dihentikan saat mencapai pos III. Setelah itu, pendaki pria segera bergegas kembali ke basecamp untuk mencari pertolongan. Tim SAR dengan sigap melakukan evakuasi korban sampai ke basecamp. Melalui pemeriksaan tim SAR, pendaki wanita drop karena darah rendah dan anemia. Dan setelah ditanya langsung, ternyata pendaki wanita sedang menstruasi.

Melalui kasus-kasus di atas, kamu dapat mengambil pelajaran. Apabila kamu termasuk pendaki wanita yang memiliki fisik lemah dan mudah drop saat menstruasi, sebaiknya jangan mendaki. Karena kalau kamu paksakan, ujung-ujungnya kamu akan dievakuasi saat tidak bisa melanjutkan perjalanan ke basecamp.

Selalu ada hari lain untuk pergi ke puncak

Untuk semua pendaki wanita, biarpun secara resmi tidak ada pelarangan bagi wanita haid untuk naik gunung. Sebaiknya, kamu menakar fisik dan mental kamu sendiri. Jika kamu mengalami keraguan dua kali, itu sudah firasat untuk tidak usah mendaki. Misalnya gini:

  • Kamu mengalami keraguan pertama saat tahu bahwa hari pendakian kamu masuk siklus menstruasi. Biasanya kamu mengalami kejang perut dan sakit pinggul saat haid. Dan kamu ragu, mending naik atau nggak ya? Tapi, kamu mengacuhkan firasat ini dan tetap nekat mendaki.
  • Keraguan kedua muncul, saat kamu akan berangkat menuju basecamp. Entah, karena sulit mendapatkan ijin, ban motor meletus atau macet. Kemudian, keraguan kedua muncul, mending naik atau nggak ya? Kalau sudah dua kali keraguan gini, mending kamu nggak usak naik.

Itu sudah firasat yang di kasih alam untuk kamu. Jika kamu dipaksa teman-temanmu, mending kamu di basecamp aja atau sampai area camping ground saja. Jadi, jika ada apa-apa kamu bisa langsung turun atau meminta pertolongan ke basecamp.

Ingat, masih ada hari esok untuk ke puncak. Bukankah tujuan mendaki adalah untuk pergi dan kembali dengan selamat? Sampai di sini paham ya. Jangan memaksakan diri mendaki gunung saat haid. Akhir kata, jika ada pertanyaan, silakan sampaikan melalui kolom komentar di bawah.

Baca lebih lanjut: Apakah Naik Gunung Bisa Menurunkan Berat Badan? »

Leave a Comment