Kenapa Pendaki Dilarang Membawa Tisu Basah Saat Naik Gunung?

Saat ini, ada 9 gunung di Indonesia yang mulai memberikan aturan ketat terkait pelarangan penggunaan tisu basah di gunung. Diantaranya adalah gunung Prau, Sindoro, Sumbing, Merapi, Ungaran, Semeru, Andong, Gede, & Pangrango. Setiap pendaki yang ingin naik ke gunung tersebut, dihimbau untuk tidak membawa tisu basah. Awal kemunculan aturan ini, karena pihak pengelola menemukan banyak sampah tisu basah di area camping ground dan jalur pendakian.

Pendaki gunung dilarang membawa tisu basah di gunung karena tisu basah yang dibuang sembarangan berdampak buruk bagi ekosistem gunung. Secara raw material, tisu basah terbuat dari senyawa poliester, polipropilen, kapas, dan serat rayon yang dipadatkan menjadi bentuk lembaran. Karena adanya bahan polyester & polypropylene (bahan dasar plastik), alam sulit mendekomposisi tisu basah menjadi kompos. Alhasil, tisu basah akan tetap mencemari gunung berbulan-bulan atau bahkan sampai bertahun-tahun. Belum lagi, jika tidak sengaja termakan oleh hewan langka di gunung, hewan tersebut bisa mengalami masalah pencernaan bahkan mati.

Untuk lebih detailnya, kami akan mengulas secara komplit di dalam pembahasan. Yuk, baca sampai selesai.

5 alasan kenapa tisu basah dilarang di gunung

Di awal artikel, kami telah menjelaskan bahwa bahan material tisu basah sulit terurai oleh alam, jadi sampah tisu basah akan bertahan lama di gunung. Namun, itu hanya satu dari lima alasan kenapa tisu basah di larang di gunung. Agar kamu tambah mengerti, berikut ini 5 alasan kenapa tisu basah dilarang di gunung:

1. Tisu basah memiliki kandungan polyester (PET) & polypropylene (PP)

Menurut, Zoe Ji, 2017, tisu basah terbuat dari bahan material spunlace non-woven fabric yang berbahan dasar polimer turunan plastik. Polimer yang sering digunakan untuk membuat tisu basah adalah jenis polyester (PET), polypropylene (PP) & Viscose. Kedua material ini, sangat sulit terdegradasi secara alami oleh alam. Apabila tisu basah kamu buang sembarangan, tisu basah tidak akan terdekomposisi menjadi kompos. Alhasil, area camping ground yang banyak sampah tisu basah bisa menjadi kawasan kumuh dan sumber penyakit.

Catatan: Senyawa plastik (polyester, polypropylene & viscose) tidak bisa diurai oleh cacing, bakteri pembusuk maupun rayap. Bahkan, remah-remah tisu basah yang sudah kamu sobek-sobek tetap tidak bisa terurai di alam. Jadi, tolong jangan mengotori gunung dengan tisu basah.

2. Kebanyakan pendaki senang membuang tisu basah secara sembarangan

Alasan kedua kenapa tisu basah dilarang di gunung adalah karena pendaki sering membuang tisu basah secara sembarangan. Biasanya, pendaki memakai tisu basah setelah BAB (buang air besar) ataupun BAK (buang air kecil). Karena merasa hajatnya sudah selesai, pendaki akan membuang tisu basah yang kotor di area tersebut. Dia tidak berfikir panjang, tentang hal tersebut. Menurut dia semua tisu sama, mudah terbakar dan mudah terurai di alam. Namun, itu salah besar.

Ada dua kesalahan dari pendaki tersebut, yaitu:

  1. Dia membuang sampah sembarangan.
  2. Dia tidak tahu kalau tisu basah tidak bisa terurai di gunung.

Jadi, pendaki gunung yang lalai tersebut meninggalkan sampah yang kekal di gunung. Menyedihkan, bukan? Belum lagi, jika tisu basah yang kotor tersebut dipakai untuk sarang penyakit? Bisa menular melalui air hujan yang mengalir, lho! Hiii, serem.

3. Tisu basah menjadi salah satu sampah terbanyak saat sweeping bersih gunung

Pernah ikut kegiatan bersih gunung? Kegiatan bersih gunung adalah kegiatan relawan pecinta alam untuk membersihkan jalur pendakian, area camping ground dan puncak dari sampah. Ada 4 sampah yang paling dominan dari hasil bersih gunung ini:

  • Pertama, sampah plastik.
  • Kedua, tisu basah.
  • Ketiga, botol & kaleng minuman.
  • Terakhir, puntung rokok.

Padahal, sejak awal pendakian, setiap pendaki dihimbau untuk membawa turun semua sampah yang mereka bawa. Tapi, selalu saja ada pendaki yang lalai dan buang sampah sembarangan. “Bro, tolong dong, jangan buang tisu kotormu sembarangan. Simpan dan bawa turun ke basecamp dong, biar alam nggak kotor kayak gini!”, ucap salah satu akun pendaki gunung di Instagram.

Tapi, himbauan saja nyatanya tidak mengatasi permasalahan tersebut. Akhirnya, pihak pengelola taman nasional dan cagar alam sepakat untuk membuat larangan, “Demi kelestarian lingkungan, pendaki tidak boleh membawa tisu basah saat naik gunung.”. Bahkan di beberapa basecamp ada pengecekan barang sebelum pendakian. Tujuannya adalah untuk memastikan pendaki tidak membawa tisu basah, sehingga sampah tisu basah digunung berkurang.

4. Tisu basah yang secara tidak sengaja termakan oleh hewan bisa membuat hewan mengalami masalah pencernaan hingga mati

Para pemerhati satwa dan lingkungan khawatir terhadap banyaknya tisu basah di gunung. Karena terbukti, banyak hewan yang mendatangi sisa makanan pendaki gunung yang dibuang sembarangan. Bayangkan ya, jika ada hewan yang memakan tisu yang berlumur makanan sisa. Bisa-bisa hewan tersebut mengalami permasalahan pencernaan, sakit dan mati. Hal ini dikarenakan material tisu basah tidak bisa dicerna oleh sistem pencernaan hewan. Kalau yang makan hanya tikus hutan atau rayap nggak masalah. Bagaimana jika hewan yang dilindungi? Kalau mereka punah gara-gara tisu basah, siapa yang akan bertanggung jawab?

5. Tisu basah bisa bertahan di alam hingga bertahun-tahun, sehingga mencemari lingkungan

Di awal pembahasan kami sudah menjelaskan bahwa salah satu bahan material tisu basah adalah polyester. Polyester adalah salah satu senyawa polimer untuk bahan pembuatan plastik. Kamu tentu tahu, bahwa plastik bisa bertahan hingga bertahun-tahun di alam bebas. Jika tisu yang memiliki kandungan plastik mencemari gunung, berapa lama tisu tersebut dapat terurai? Seminggu? Sebulan? Setahun? Nyatanya, perlu waktu bertahun-tahun sampai sampah tisu basah itu terurai. Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa organisasi pecinta alam sering mengajak relawan untuk bersih gunung. Tujuannya adalah untuk membersihkan jalur pendakian, camping ground dan puncak dari sampah-sampah yang tidak bisa terurai oleh alam. Jadi, alam bisa bersih.

Tidakkah kamu ingin anak cucumu kelak bisa menikmati alam yang indah seperti alam yang kamu nikmati hari ini? Jadi, please, jangan buang sampah tisu basah sembarangan.

Solusi alternatif pengganti tisu basah saat mendaki gunung

Tisu basah sering dibawa pendaki karena dinilai praktis dan efisien. Tapi, setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata ada banyak dampak buruknya. Tapi, namanya sudah membudaya, banyak pendaki gunung yang sulit meninggalkan kebiasaan membawa tisu basah. Untuk itu, kami akan memberikan solusi alternatif pengganti tisu basah.

Pertama, tisu toilet ramah lingkungan (degradable).

Saat ini, ada tisu toilet yang ramah lingkungan. Tisu toilet ini terbuat dari bahan bio-degradable. Jadi, tisu toilet ini mudah terdegradasi oleh alam. Contoh tisu toilet degradable:

  1. Coleman’s Camper Toilet Paper.
  2. Coghlan’s Camp Toilet Tissue.
  3. Cotton Buds Toilet Paper.

Jika, kamu tidak menemukan ketiga produk tersebut di hypermart atau swalayan, silakan cari tissu yang sejenis. Intinya, tisu biodegradable merupakan jenis tisu yang mudah terurai oleh alam.

Catatan: Tisu toilet ramah lingkungan dapat kamu pakai untuk membersihkan diri sehabis BAB & BAK. Pastikan kamu mengubur tisu kotor di tanah agar cepat terurai dan tidak mengotori lingkungan.

Kedua, membawa perlengkapan cuci piring & beberapa kain lap kering.

Banyak pendaki gunung yang tidak mau mencuci piring dan peralatan masak dengan sabun. Alhasil, mereka menggunakan tisu basah untuk membersihkan peralatan tersebut. Memang mudah dan praktis, tapi tisu basah tersebut biasanya langsung dibuang sembarangan.

Semenjak ada larangan, pendaki harus beralih dari tisu basah untuk membersihkan peralatan masak. Kami merekomendasikan untuk membawa peralatan cuci piring dan beberapa kain lap kering.

Sabun cuci piring dan busa cuci piring kamu pakai untuk membersihkan noda yang membandel di peralatan masak. Dan kain lap kering kamu pakai untuk pengeringan pada tahap akhir. Jadi, peralatan masak milikmu akan selalu bersih dan steril.

Fungsi lain dari kain lap adalah untuk membersihkan tangan dan kaki dari debu. Tinggal kamu siapkan satu kain lap bersih, kasih sedikit air dan pakai untuk mengusap tangan atau kaki yang kotor. Praktis, bukan?

Ketiga, kapas ramah lingkungan.

Ada pendaki yang memakai tisu basah untuk membersihkan muka yang kusut saat mendaki. Dan lagi-lagi, mereka membuang sampah tisu sembarangan di jalur pendakian. Kenapa sih buang tisu sembarangan? Tinggal kamu masukin kantung plastik dan bawa turun ke basecamp? Tapi, ya nasi sudah menjadi bubur, kalau sudah dilarang, pendaki tetap tidak boleh bawa tisu basah.

Sebagai solusi alternatif, kamu dapat menggunakan kapas biodegradable yang ramah lingkungan. Caranya, ambil kapas ramah lingkungan dan tetesi micellar water. Setelah itu, aplikasikan ke wajah yang kusam. Ulangi beberapa kali sampai debu dan kotoran terangkat. Cairan micellar water akan membersihkan wajah dari debu, kotoran dan minyak saat pendakian.

Kesimpulan

Alasan utama tisu basah dilarang di gunung adalah karena banyak pendaki yang membuang tisu basah sembarang. Kondisi ini mengotori ekosistem cagar alam. Terlebih, sampah tisu basah tidak mudah terurai karena terbuat dari bahan dasar plastik. Untuk mencegah kerusakan alam yang lebih parah, pihak pengelola memberlakukan aturan pelarangan membawa tisu basah saat mendaki gunung. Akhir kata, jika ada pertanyaan, silakan sampaikan melalui kolom komentar di bawah.

Baca lebih lanjut: Tips Mendaki Gunung untuk Pemula »

Leave a Comment