Cara Mencari Air di Gunung

Di dalam kondisi survival, mencari sumber air adalah salah satu hal paling krusial. Menurut data penelitian Dr. Elaine Luo, seorang survivor bisa hidup tanpa air hanya dalam waktu 3 hari. Namun, apabila survivor mendapatkan air, dia dapat bertahan selama 3 minggu tanpa makan. Fakta tersebut menjelaskan bahwa ilmu cara mencari air di gunung wajib dimiliki oleh para pendaki. Di mana, jika pendaki tersesat di gunung, mereka masih dapat terus bertahan hidup sampai ditemukan oleh tim SAR. Untuk itulah, melalui artikel ini, kami akan membagikan beberapa teknik cara mendapatkan air di gunung. Berikut 5 cara mencari air di gunung:

Setiap teknik memiliki rahasia menarik di dalamnya. Untuk lebih jelasnya, yuk, langsung kita cari tahu.

Cara #1: Menemukan Sumber Mata Air

Cara pertama mencari sumber air di gunung adalah datang ke sumber mata air. Pertanyaannya, di mana sumber mata air di gunung berada? Jika kamu mempelajari medan pendakian sebelum mendaki gunung, kamu pasti akan tahu titik-titik sumber mata air di jalur pendakian. Lokasi mata air akan digambarkan dengan jelas di peta pendakian. Misalnya:

  • Sendang.
  • Sumur.
  • Danau.
  • Mata air di sekitar akar pohon beringin.
  • Air perpipaan milik penduduk.

Catatan: Sumber mata air di atas gunung tidak akan mengeluarkan air sepanjang tahun. Pada musim kemarau panjang beberapa sumber mata air di gunung mengering.

Sampai di sini paham ya?

Jadi, pendaki yang paham akan medan pendakian, mereka dapat segera menemukan air untuk bertahan hidup selama melakukan survival.

Kalau kamu bisa menemukan sumber air, kamu sangat beruntung. Kamu dapat meminum air sejuk langsung dari alam. Tidak perlu kamu suling lagi, tinggal teguk dan clesss dahaga hilang.

Syukur-syukur, kamu bertemu sesama pendaki yang sedang mencari air. Dengan demikian, kamu lebih cepat ditemukan tim SAR dan pulang dalam kondisi selamat.

Namun, terkadang pendaki yang tersesat adalah pendaki pemula. Bagi pendaki pemula yang tidak mempelajari medan pendakian, menemukan sumber mata air di gunung saat tersesat itu sulit sekali.

  • Pertama, pendaki punya peta tapi dia tidak tahu posisi dia berada.
  • Kedua, pendaki tidak mempelajari medan pendakian dengan baik. Alhasil, dia tidak tahu di jalur pendakian tersebut terdapat sumber mata air atau tidak. Jikalau ada, lokasinya berada di sebelah mana?
  • Ketiga, pendaki sudah ketakutan sehingga tidak bisa lagi berpikir logis. Sehingga, pendaki tidak bisa menggunakan keahlian navigasi darat (NARAT) untuk menemukan lokasi sumber mata air di gunung.

Jika sudah seperti itu, pendaki perlu mencari sumber air yang lain untuk bertahan hidup.

Nah, pada pembahasan selanjutnya, kami akan bongkar cara mencari air di gunung lainnya. Yuk, lanjut baca.

Cara #2: Menemukan Aliran Sungai

Cara mencari air di gunung selanjutnya adalah mencari aliran sungai. Setiap pendaki yang tersesat pasti paham bahwa air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Artinya, jika pendaki menemukan aliran sungai, maka dia akan menemukan air di gunung.

Cara paling mudah menemukan aliran sungai adalah dengan melihat bentang alam dari posisi yang tinggi. Kamu bisa menaiki bukit, hingga memanjat pohon yang tinggi. Apabila kamu punya peta jalur pendakian, kamu bisa melakukan navigasi darat sederhana.

  • Pertama, cari posisi arah mata angin yang benar. Utara, Selatan, Timur, Barat. Cara paling mudah menggunakan kompas. Jika tidak punya kompas, kamu bisa menggunakan matahari, arah pertumbuhan lumut di pohon-pohon berumur tua, hingga arah puncak gunung.
  • Kedua, cari arah aliran sungai menggunakan peta jalur pendakian tersebut dengan kalibrasi arah mata angin.
  • Ketiga, bergerak ke arah aliran sungai secara perlahan. Berhati-hati dengan jurang dan tebing.

Survivor yang kesulitan menemukan sumber mata air, biasanya memilih cara kedua ini untuk bertahan hidup. Menurut mereka, dengan menyusuri aliran sungai, mereka dapat tetap hidup dan sampai ke kaki gunung. Di mana, di ujung aliran sungai pasti ada perkampungan penduduk.

Tapi, kenyataannya tidak semudah itu.

  1. Aliran sungai di pegunungan itu biasanya memiliki air terjun yang curam. Artinya, saat kamu memutuskan untuk menyusuri aliran sungai, kamu perlu perlengkapan untuk menuruni air terjun/tebing yang curam. Jika kamu tidak bisa menuruni air terjun tersebut, kamu tidak bisa melanjutkan perjalanan ke kampung penduduk di ujung aliran sungai.
  2. Aliran sungai adalah tempat minum untuk segala penghuni hutan. Artinya, kamu mungkin akan bertemu serangga, ular, hewan buas yang sedang kehausan. Alhasil, tingkat bahayanya lumayan tinggi.
  3. Aliran sungai di gunung biasanya letaknya di bawah. Jadi, kamu perlu menuruni tebing yang terjal terlebih dahulu.

Biasanya, pendaki tersesat yang mengikuti aliran sungai, tidak bisa kembali ke arah berikutnya. Karena tanjakan terlalu terjal dan tubuh telah kehabisan tenaga. Belum lagi jika cedera saat menuruni tebing terjal. Makin nggak bisa ke mana-mana.

Jadi, sebelum memutuskan untuk mengikuti aliran sungai, pastikan kamu memberikan tanda SOS. Kamu perlu menuliskan secara jelas kondisi tubuh kamu, sisa logistik dan arah yang kamu tuju selanjutnya. Sebaiknya, sinyal SOS yang kamu tinggalkan berupa tulisan. Bisa di kertas, ataupun kain. Dengan begitu, jika tim penyelamat menemukan tanda dari survivor mereka bisa menemukanmu dengan lebih cepat.

Jika kamu telah sampai ke aliran sungai, selamat. Kamu bisa bertahan sampai 3 minggu ke depan. Tapi kamu harus berhati-hati, aliran sungai kadang bercampur bakteri, serangga air, bangkai hewan dan ranting yang membusuk. Jadi, kamu perlu menyaring air sungai dan merebusnya sebelum di minum. Jika kamu nggak punya api untuk merebus, kamu bisa menyaring air pakai kain. Lebih baik, disaring daripada tidak. Benar, kan?

Lalu, bagaimana kalau pendaki yang tersesat tidak menemukan aliran sungai? Atau dia sudah sampai di aliran sungai tapi sungainya mengering? Kalau sudah begitu, mau tidak mau, pendaki harus mencari sumber air dari tumbuhan.

Cara #3: Mencari tumbuhan yang menyimpan air

Cara mencari air di gunung berikutnya adalah mencari tumbuhan yang menyimpan air. Di hutan, ada beberapa tumbuhan yang menyimpan air, di antaranya:

  • Pohon pisang.
  • Pohon pakis.
  • Pohon bambu.
  • Tanaman liana (akar gantung).
  • Tanaman begonia.
  • Lidah buaya.

Beberapa tumbuhan di atas menyimpan banyak air di area batang. Jika kamu ingin mendapatkan air melalui tumbuhan cari saja tanaman di atas. Kami paling merekomendasikan pohon bambu dan akar gantung. Kedua tanaman ini menyimpan banyak sekali air di batangnya.

  1. Jika kamu menemukan pohon bambu, ketuk ruas bambu bagian agak bawah. Jika bunyinya nyaring, berarti tidak berisi air. Jika bunyinya berat, kemungkinan ada air di sana. Gunakan parang untuk menyayat batang bambu. Apabila terbukti ada airnya, potong saja ruas bambu dari pangkal sampai setinggi 1 meter. Jika setiap ruas berisi air, kamu akan mendapatkan banyak sekali air.
  2. Jika kamu menemukan pohon liana. Cari akar gantungnya. Potong saja 30cm dari akar gantung dari tanaman tersebut. Kemudian cek apakah keluar airnya atau tidak. Dan pastikan yang keluar bukan getah tanaman. Jika akar gantung itu benar menghasilkan air, maka bungkus potongan akar yang mengarah ke tanah dengan plastik penampung. Karena tanaman liana akan mengeluarkan banyak air melalui akar gantungnya dari sore hingga malam hari. Artinya, kamu perlu bersabar menunggu munculnya air.

Apakah air dari tumbuhan bisa mencukupi kebutuhan air harian survivor? Tidak, tapi setidaknya, kamu tidak mengalami dehidrasi yang parah. Kalau kamu mendapatkan buah-buahan hutan yang memiliki kadar air tinggi juga bisa kamu makan. Air dari tumbuhan dan buah dapat membuatmu lebih bertenaga sampai kamu bertemu tim penyelamat.

Kebanyakan pendaki pemula yang tersesat salah mengenali tanaman penyimpan air. Akibatnya, beberapa pendaki sakit tenggorokan dan keracunan akibat meminum getah tanaman. Untuk menghindari hal tersebut, sebelum meminum air yang kamu dapat dari tanaman, lakukan pengujian terlebih dahulu. Teteskan air ke lidah, dan diamkan selama beberapa menit.

Jika ada reaksi gatal, sakit atau perih di lidah jangan minum air tersebut. Karena kemungkinan air itu adalah getah tanaman. Jika tidak ada reaksi apa-apa di lidah, berarti air tersebut aman. Maka, tinggal kamu saring pakai kain dan kamu minum sepuasnya.

Cara #4: Menangkap air dari daun tumbuhan dengan teknik kondensasi

Selain berburu tanaman penyimpan air, pendaki yang tersesat bisa mendapatkan air dari daun. Teknik ini bernama teknik kondensasi.

Cara mencari air dari daun tanaman di gunung cukup mudah:

  • Pertama, cari ranting tanaman yang rimbun dan hijau. Usahakan ranting yang memiliki daun lebat & bergerombol. Kamu bisa langsung memasang 5-10 tempat.
  • Kedua, bungkus daun dengan plastik besar yang kamu miliki.
  • Ketiga, ikat ujung plastik dengan batang ranting. Ikat kuat-kuat jangan sampai ada udara yang masuk. Karena teknik ini mengandalkan ruangan vakum.
  • Keempat, tunggu sampai sore hari. Pada pagi sampai sore hari, tanaman melakukan respirasi melalui daun. Hasil dari respirasi tanaman adalah uap air dan oksigen. Nah, uap air ini yang kita tangkap dengan teknik kondensasi.
  • Kelimat, panen air yang sudah terkumpul dan pindah ke ranting yang lain.

Air yang dihasilkan dari teknik kondensasi ini cukup jernih. Akan tetapi, sering ada kotoran daun yang ikut jatuh saat proses pemanenan air. Maka dari itu, sebaiknya kamu saring dulu air hasil pemanenan sebelum kamu minum.

Cara #5: Mencari genangan air

Cara terakhir dalam upaya mencari air di gunung adalah mencari genangan air. Memang sedikit menjijikkan, tapi dalam kondisi survival, kamu harus melakukannya. Apakah minum genangan air bisa bikin sakit? Iya, jika langsung diminum. Kalau kamu proses dulu, kamu tidak akan sakit.

Jika kamu menemukan genangan air sehabis hujan atau di area rawa, kamu bisa memakai teknik ini. Teknik ini adalah teknik filtrasi air keruh dengan filter arang aktif.

  • Pertama, tampung genangan air ke dalam wadah khusus. Bisa kantung plastik, botol air mineral, water bladder, dll.
  • Kedua, saring air yang berasal dari genangan dengan kain 2-3 lapis yang kamu miliki. Kamu akan mendapatkan air yang lebih jernih. Tapi tetap masih belum layak minum. Karena kita nggak tahu di dalamnya sudah steril atau belum.
  • Ketiga, siapkan arang aktif. Kalau kamu bermalam menggunakan api unggun biasanya ada sisa arang kayu. Ambil arang yang berwarna hitam secukupnya dan tumbuk sampai halus.
  • Keempat, kamu bisa pakai arang kamu sebagai penggumpal ataupun sebagai filter.
    • Jika kamu menggunakan arang kayu sebagai penggumpal, kamu bisa memasukkan arang kayu ke dalam air yang sudah disaring. Tinggal kamu aduk-aduk saja, lalu diamkan. Kotoran di dalam air akan terikat dengan arang aktif dan mengendap.
    • Jika kamu menggunakan arang aktif sebagai filter, kamu padatkan arang akting dalam batang bambu. Setelah arang aktif padat dengan ketebalan 5-10 cm, tuangkan air secara perlahan. Biarkan arang aktif menyaring air secara perlahan. Teknik ini lumayan susah dilakukan survivor, karena butuh peralatan ekstra. Alat untuk memadatkan arang dan butuh waktu lama.
  • Kelima, air yang sudah dikasih arang aktif bisa kamu diamkan dulu 5 jam lalu saring lagi biar dapat hasil yang lebih jernih. Kalau ingin cepet ya langsung saring saja. Mungkin ada beberapa arang yang ikut terlarut di dalam air. Namun, nggak masalah, arang akan menjadi penetral racun di lambung. Jadi, aman bagi tubuh.
  • Terakhir, setelah mendapatkan air paling jernih, kamu bisa memasaknya dulu baru diminum. Kalau nggak punya api, kamu juga bisa langsung meminumnya. Air hasil penyaringan aman untuk survivor.

Mendapatkan air bersih dari genangan air memang merepotkan. Akan tetapi, demi bertahan hidup, kamu perlu melakukannya. Karena manusia tidak bisa hidup tanpa air lebih dari 3 hari. Hehe.

Akhir kata, itulah 5 cara mencari air di gunung. Menarik ya? Jika ada yang kurang jelas, kamu bisa bertanya melalui kolom komentar di bawah.

Baca lebih lanjut: Pelajaran Hidup dari Mendaki Gunung »

Leave a Comment