Cara Meminta Izin Mendaki Gunung

Kegiatan mendaki gunung merupakan salah satu olahraga ekstrem yang berbahaya. Di mana, apabila pendaki pemula kurang terampil bisa terjadi kecelakaan di gunung. Banyak kasus pendaki pemula sakit, tersesat, hilang bahkan meninggal di gunung. Akibat, banyak orang tua yang tidak mengizinkan anaknya untuk mendaki gunung. Bagi sang anak, ini malapetaka. Karena setiap meminta izin pasti dimarahi. Lalu, bagaimana cara meminta izin mendaki gunung dengan benar agar bisa hiking? Berikut 5 cara meminta izin agar boleh mendaki gunung:

Meminta izin mendaki gunung pada orang tua yang protektif itu ada seninya. Maka, kamu perlu beberapa tahap pendekatan. Napaktilas akan membocorkan rahasianya. Yuk, kita mulai.

Cara #1: Bersikaplah terbuka kepada orang tua

Orang tua yang protektif itu tidak mengizinkan anaknya mendaki gunung karena mereka khawatir.

  • Mereka khawatir karena anaknya memiliki fisik lemah.
  • Mereka khawatir karena anaknya tidak terampil hidup mandiri.
  • Mereka takut anaknya tersesat saat mendaki gunung.
  • Mereka sedih jika anaknya mengalami sakit atau kecelakaan di gunung.
  • Mereka tidak rela anaknya mendapatkan perlakuan kasar dan pelecehan saat di gunung.

Itu hanya sebagian kecil contoh kekhawatiran. Segudang kekhawatiran lainnya masih banyak. Hehe.

Cara pertama yang bisa kamu tempuh untuk meminta izin mendaki gunung adalah dengan bersikap terbuka kepada orang tua.

  • Mulai membiasakan diri untuk bercerita terus terang tentang apa yang kamu suka.
  • Mulai ceritakan kisah-kisah inspirasi tentang pelajaran hidup dari mendaki gunung.
  • Ceritakan manfaat mendaki gunung secara bertahap dengan dalih untuk pendewasaan diri.
  • Berikan gambaran tentang basecamp, medan pendakian dan keselamatan pendaki.
  • Jelaskan kisah heroik tentang tim Ranger dan tim SAR yang ada di basecamp pendakian.

Orang tua khawatir karena mereka tidak tahu detail kegiatan mendaki gunung yang kamu lakukan. Jika kamu menceritakan dengan sabar dan hati-hati, mereka akan merasa nyaman. Dan akhirnya, saat narasi telah terbangun dengan baik, kamu pasti akan diizinkan untuk pergi mendaki.

Ketakutan adalah bayangan ketidaktahuan yang panjang

Sebenarnya, beberapa orang tua tidak mengizinkan anaknya untuk mendaki gunung karena mereka takut. Ketakutan orang tua muncul karena bayangan ketidaktahuan mereka yang panjang. Bayangan ini akan menjelma menjadi mimpi buruk bagi orang tua kita.

Untuk itu, kamu harus mulai membangun narasi saat berbincang dengan orang tua. Berikan edukasi tentang manfaat mendaki gunung. Detail kegiatan mendaki gunung. Bagaimana cara orang tua bisa berkomunikasi saat kamu mendaki gunung. Berapa jumlah rombongan dalam regu pendakian. Seberapa tingkat bahaya medan pendakian. Penanggung jawab dari aktivitas mendaki gunung.

 Dengan pendekatan dari hati ke hati, selama beberapa bulan, biasanya akan diizinkan. Asal kamu membangun narasi yang tepat di waktu yang tepat. Itu poin pentingnya.

Cara #2: Tunjukan kegigihan kamu dalam menempa diri

Bagi beberapa orang tua yang kolot dan tidak mau diajak diskusi, mungkin cara #1 tidak berhasil. Untuk itu, kami berikan teknik rahasia berikutnya, yaitu tunjukan kegigihan kamu dalam menempa diri.

Fokus teknik ini pada upaya menyentuh rasa emosional dari orang tua kita. Di mana, kita tunjukan kegigihan dan kebulatan tekat kita untuk mendaki gunung.

Ada 4 hal yang dikhawatirkan orang tua pada anak yang mau mendaki gunung:

  • Pertama, fisik anak lemah.
  • Kedua, perlengkapan mendaki gunung tidak memadai.
  • Ketiga, tidak adanya pendamping/senior pendaki.
  • Terakhir, tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan mendaki gunung.

Nah, karena kamu ingin menunjukkan kegigihan kamu, maka jawab semua kekhawatiran orang tua secara langsung. Tunjukan dengan bukti nyata.

  • Pertama, lakukan olahraga lari, berenang dan push-up secara teratur. Minimal 3 bulan sebelum pendakian. Pastikan orang tua tahu bahwa kamu berolahraga dengan bersungguh-sungguh.
  • Kedua, mulai beli/pinjam 3 perlengkapan dasar mendaki gunung. Kami menyarankan untuk memiliki big-three (tas carrier, sleeping bag & tenda). Nggak harus punya sendiri, kamu bisa meminjam ke orang lain.
  • Ketiga, kenalkan senior pendaki ke rumah. Ajaklah main ke rumah buat pengenalan.
  • Terakhir, tunjukan bahwa kamu bisa hidup mandiri. Kamu bisa mulai dari belajar masak nasi, belajar masak sendiri, hingga membersihkan peralatan dapur. Selanjutnya, kamu tunjukan beberapa keterampilan mendaki gunung yang bisa diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

Jika kamu gigih menunjukkan kemampuanmu, orang tua akan percaya bahwa kamu akan aman. Pada level ini, kamu menjadi pribadi yang mandiri dan bisa diandalkan. Langkah terakhir, tinggal menjelaskan rencana pendakianmu secara detail. Mulai dari jumlah peserta pendakian, transportasi menuju ke basecamp, medan pendakian hingga lama pendakian.

Dengan cara #2 ini, kamu bersikap seperti orang dewasa yang bertanggung jawab. Nah, untuk meningkatkan kepercayaan orang tuamu, sebelum berangkat, kasih 2 nomor HP yang bisa dihubungi.

  • Pertama, nomor HP salah satu teman pendakian.
  • Kedua, nomor HP dari basecamp pendakian.

Jika dalam waktu yang dijanjikan belum bisa memberi kabar, orang tua bisa menelepon nomor tersebut. Dengan begitu, orang tua akan tenang. Tapi, sebaiknya, kamu memberikan kabar ke orang tua sebelum orang tuamu telepon. Hehe.

Cara #3: Ajaklah senior pendaki yang bisa dipercaya orang tua

“Kak, saya sudah mencoba cara #1 dan #2 tapi tetap tidak berhasil. Bagaimana ini?”. Tenang ada cara ke-3. Teknik ke-3 ini butuh kerja sama dengan senior pendaki yang berwibawa dan jago ngomong. Kuncinya pada dua kriteria tersebut.

Senior pendaki yang berwibawa dan jago ngomong bisa memberikan rasa aman pada orang tua. Ajaklah beberapa pendaki senior yang berwibawa untuk menemani kamu meminta izin mendaki gunung. Nanti, jika ada pertanyaan dari orang tua, pendaki senior bisa memberikan argumen yang masuk akal dan terpercaya. Dengan begitu, orang tua menjadi lega, bahwa anaknya memiliki pelindung selama mendaki gunung. Artinya, jika ada kecelakaan di gunung ada orang yang bisa diandalkan.

Beberapa pertanyaan yang ditanyakan kepada senior pendaki:

  • Apakah kegiatan mendaki gunung ini legal?
  • Siapa penanggung jawab dari acara kegiatan ini?
  • Jika ada kecelakaan atau musibah, kepada siapa kami harus mengadu?
  • Berapa jumlah rombongan pendakian?
  • Berapa lama kegiatan mendaki gunung?
  • Apa saja kegiatan yang dilakukan selama pendakian?
  • Apakah kegiatan mendaki gunung akan mengganggu akademik anak?
  • Apa manfaat mendaki gunung bagi anak kami?

Di sinilah peran pendaki senior yang berwibawa dan jago ngomong. Dia bisa menjelaskan dengan detail dan terperinci aktivitas mendaki gunung. Dengan begitu, orang tua akan paham kegiatan apa yang dilakukan anaknya. Dan yang paling penting, jika ada kecelakaan, ada yang bisa diandalkan untuk menolong anaknya. Egois memang, tapi orang tua hanya tertarik pada keselamatan anaknya sendiri.

Dengan pendekatan dari hati ke hati, biasanya teknik ini 100% berhasil. Sisanya tergantung hubungan kamu dengan orang tua. Jika kamu anak yang baik, pasti diizinkan. Jika kamu anak yang bandel dan sulit diatur, mungkin orang tua kamu akan mengajukan beberapa persyaratan.

Cara #4: Meminta surat izin dari panitia pendakian

Beberapa orang tua yang kritis kadang meminta persyaratan sebelum memperbolehkan anaknya mendaki gunung. Persyaratan itu adalah surat izin mendaki gunung dari panitia pendakian. Jadi, orang tua ingin memastikan bahwa pendakian yang diikuti anaknya adalah legal. Artinya, pendakian gunung tersebut dilakukan secara berkelompok dengan panitia dan penanggung jawab yang jelas.

Catatan: Kasus ini sangat mudah diselesaikan untuk pendaki wanita atau pria yang mengikuti organisasi pencinta alam. Karena biasanya, jika organisasi pencinta alam melakukan kegiatan pendakian masal, pasti ada panitia besar. Dan ada penanggung jawabnya. Pihak penanggung jawab biasanya mau mengeluarkan surat izin untuk peserta yang membutuhkan.

Pada tahap ini, orang tua sudah sedikit melunak. Artinya, dia mengijonkan anaknya mendaki gunung, tapi harus dengan rombongan pendaki yang terlatih. Ada pendaki senior, ada panitia pendakian dan ada penanggung jawab acara.

Orang tua tidak segan-segan mengeluarkan uang lebih untuk panitia pendakian. Karena dia sudah mulai percaya dengan kegiatan tersebut. Nah, kalau sudah begini, kamu sudah dapat lampu hijau. Sisanya, tinggal menjaga kepercayaan tersebut.

  1. Persiapkan fisik dan mental dengan baik 1 bulan sebelum pendakian.
  2. Mulai kumpulkan perlengkapan mendaki gunung yang safety.
  3. Pelajari teknik-teknik dasar mendaki gunung.

Dengan menunjukkan tekad dan kesungguhanmu, orang tua pasti akan mendukung kamu sepenuhnya.

Cara #5: Mencari reward dari pekerjaan berat yang telah diselesaikan

Cara meminta izin mendaki gunung yang terakhir adalah mencari reward dari pekerjaan berat. Teknik ini lumayan aneh, tapi sering kali berhasil. Sebenarnya, orang tua mengizinkan kamu mendaki gunung. Tapi, malu-malu untuk mengakuinya. Jadi, beliau terlihat marah tapi sebenarnya tidak. Orang tua bahkan tanya sana-sini untuk mencari tahu kegiatan yang akan diikuti anaknya.

Jika kasusnya seperti ini, kamu perlu melakukan barter dulu. Cari pekerjaan terberat orang tuamu yang bisa kamu bantu. Pokoknya, abdikan dirimu selama beberapa minggu untuk membantu secara penuh pekerjaan orang tuamu. Setelah itu, kamu minta reward untuk diizinkan mendaki gunung. Semakin berat pekerjaan yang bisa kamu selesaikan, semakin besar kesempatan kamu mendapatkan izin mendaki gunung.

Teknik ini memanfaatkan perasaan “sungkan” dari orang tua. Bayangkan ya, si anak sudah berminggu-minggu membantu dengan sepenuh hati untuk menyelesaikan pekerjaan berat. Masak beristirahat dan menikmati waktu mudah 1-2 hari tidak diizinkan. Hehe. Pasti diizinkan, asal kamu membantunya dengan benar dan tulus.

Akhir kata, itulah 5 cara meminta izin mendaki gunung kepada orang tua yang protektif. Unik, ya? Kamu bisa mencoba satu persatu teknik di atas. Bahkan kamu juga bisa mengkombinasikannya. Pokoknya, sesuaikan saja dengan karakter orang tuamu. Jika ada yang belum paham, silakan tinggalkan pertanyaan melalui kolom komentar. Nanti akan saya balas secepatnya. Good luck!

Baca lebih lanjut: Tips Mendaki Gunung untuk Pemula »

Leave a Comment